Sisi Negatif Dari Budaya Ewuh Pakewuh

images4

Budaya Ewuh Pakewuh merupakan budaya khas ketimuran, Siapa sih yang ngga tahu dengan budaya ini. Hampir setiap orang di Indonesia khususnya pasti selalu mengutamakan budaya Ewuh Pakewuh atau kesungkanan atau hormat-menghormati.

Budaya Ewuh Pakewuh yang berarti sungkan dalam batas-batas normal akan meningkatkan tali silahturami dalam suatu lingkungan, kumpulan atau organisasi. Budaya demikian merupakan cerminan budaya timur yang sangat menghargai orang lain dan tanpa bermaksud menjatuhkan apalagi mempermalukan orang lain.


Namun, apa yang terjadi jika porsi penerapan budaya ewuh pakewuh terlalu berlebihan? Tentu hal ini akan menghambat bergulirnya roda organisasi dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam kehidupan keluarga pun ada contoh budaya ewuh pakewuh yang terlalu berlebihan seperti, Anak kesayangan ( Anak emas ) atau semata wayang ketika salah tidak ditegur atau orangtua khususnya Ayah yang selalu tidak punya waktu di rumah, tidak berani ditegur karena sungkan hanya karena dia satu-satunya yang mencari nafkah di rumah tersebut.

Di lain cerita, seseorang yang sudah terlalu banyak menerima pemberian atau kebaikan dari orang lain, akan sulit menegur si pemberi tersebut ketika si pemberi tersebut melakukan kesalahan. Dalam pekerjaan, hal ini biasa terjadi Antara bawahan kepada atasan, jadi biar kesalahan yang dilakukan sang atasan sering terulang namun si bawahan cuek-cuek saja dikarenakan rasa Ewuh Pakewuh ( Sungkan ).

Ketika ewuh pakewuh dirasa sangat berlebihan, maka akan memicu seseorang untuk “Yes Man” atau Asal Bapak Senang (ABS). Di depan berkata iya, tetapi lain di belakang. Padahal pada kenyataannya tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Semua manusia perlu dikoreksi, diluruskan , dan diarahkan dengan baik untuk pencapaian yang ditargetkan. Masalahnya bukan apa yang disampaikan, namun bagaimana cara untuk menyampaikannya.

Mungkin lawan kata dari ewuh pakewuh ini yang cocok adalah Asertif. Tingkah laku Asertif ditandai dengan dua macam cara. Pertama, mempertahankan hak sendiri dengan cara yang tidak mengorbankan hak orang lain. Kedua, mengekspresikan kebutuhan, keinginan, pendapat, perasaan dan keyakinan dengan cara langsung, terus terang dan sopan santun.

Asertif mengandung pengertian untuk mengatakan dan bertindak sesuai dengan hati nurani dan benar adanya. Hanya dua warna untuk asertif ini : Hitam atau putih. Orang yang bertingkah laku asertif, memiliki kenberanian sungguh-sungguh untuk mengatakan kebenaran yang ada sekalipun ia siap untuk tidak disenangi orang lain. Ia berani mengatakan apa yang benar kepada orang lain tanpa perlu merasa ada hutang budi atas kebaikan orang lain tersebut. Bahkan ia sangat selektif menerima pemberian orang lain, jika pemberian tersebut nantinya akan menganggu idealismenya untuk menegakkan kebenaran. Orang Asertif juga mengisyaratkan penyampaian pendapat sekalipun pendapatnya tersebut sudah pasti benar. Tidak Ceplas-ceplos dan blak-blakan yang terkesan tanpa etika komunikasi.

Jadi menurut saya pribadi, Budaya ewuh pakewuh yang ada semestinya harus di imbangi dengan sikap asertif yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dari segala tingkah laku kita dalam penerapan budaya ewuh pakewuh, baik di lingkungan rumah, keluarga, pekerjaan, organisasi maupun bisnis yang kita lakukan. Di tempat-tempat tersebutlah merupakan alat pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hidup kita.

7 pemikiran pada “Sisi Negatif Dari Budaya Ewuh Pakewuh”

  1. artikel yang menarik mas, budaya ewuh pakewuh bisa menjadi bermanfaat jika dilakukan pada saat yang tepat. Tapi jika dilakukan terus menerus kesemua orang maka bisa jadi kita dikategorikan orang yang tidak punya prinsip.

    -salam sukses-

    Balas
  2. Budaya ini juga terkadang merambah dunia blogging. Sesama blogger terutama yang sudah saling kenal dan deket banget justru mandul daya kritisnya. Selalu “Ya” dan “setuju” dengan artikel yang ditulis oleh rekannya. padahal mungkin ada yang kurang sreg di hati, tapi sungkan untuk dilontarkan. Hehehe… semoga cak Doko gak begitu ya di artikel-artikel BISNIS GURU.

    Artikel yang menarik.
    Salam Istimewa!
    Salam Istimewa!

    Balas

Tinggalkan komentar